Membicarakan KDRT pada Anak

  • Kamis, 31 Maret 2022 - 11:09:53 WIB
  • Administrator
Oleh Aghnis Fauziah, S.Psi., M.Psi., Psikolog

 

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelentaran rumah tangga.

Ketika anak menyaksikan KDRT, anak memang tidak menjadi subjek kekerasan langsung. Namun, anak-anak yang menyaksikan kekerasan antar orang tua, dan mendengar kekerasan, meski tidak melihatnya, masih dapat merasakan dampaknya. Meskipun sering dicirikan sebagai saksi kekerasan antar orang tua, yang menyiratkan peran pasif, anak-anak secara aktif menafsirkan, mencoba memprediksi dan menilai peran mereka dalam menyebabkan kekerasan (Baker & Cunningham, 2009).

Ketika seorang anak melihat, mendengar, atau mengetahui tentang kekerasan dari ayah terhadap ibunya, mereka mungkin memiliki berbagai perasaan, pikiran, dan pertanyaan. Orang tua adalah tempat utama bagi anak untuk memahami dan bertanya terhadap masalah yang dihadapinya. Namun, membicarakan masalah orang dewasa kepada anak-anak tidak umum dilakukan. Akan tetapi, komunikasi dan dukungan Anda dapat membantu anak lebih baik untuk menghadapinya.

 

Bagaimana Cara Berbicara dan Mendengarkan

Pembicaraan dengan anak tidak bisa selalu dapat dilakukan sesuai rencana, kadang-kadang terjadi secara spontan. Berikut ini tips bagi orang tua ketika berbicara pada anak tentang KDRT ((NCTSN), 2014):

  • Ketika Anda membuka percakapan, yakinkan pada anak bahwa ia aman untuk berbicara dan ia tidak harus menghadapi rasa takut dan kecemasannya sendirian.
  • Bukalah percakapan dengan mengatakan hal-hal yang suportif, seperti “Aku mempedulikanmu dan akan mendengarkanmu.”
  • Bicarakan dengan mereka saat mereka siap. Jangan menekannya. Coba lain kali. Terimalah jika anak mungkin tidak mau atau tidak dapat membicarakannya segera.
  • Tanyakan apa yang anak lihat, dengar, atau yang telah anak ketahui tentang peristiwa di rumah.
  • Mendukung dan mengakui emosi, pengalaman, dan cerita anak.
  • Ekspektasikan anak tahu lebih banyak dari yang Anda pikirkan. Terkadang ketika orang dewasa menganggap anak-anak tertidur atau tidak memperhatikan, mereka sebenarnya mendengarkan semuanya. Jika mereka terlalu muda untuk memahami apa yang terjadi, mereka mungkin mengisi kekosongan dengan imajinasi mereka dan akhirnya mengkhawatirkan sesuatu yang lebih buruk daripada kenyataan.
  • Beritahu anak bahwa anak boleh untuk bertanya. Seringkali pikiran dan pertanyaan yang dimiliki anak berbeda dari orang dewasa. Dengan mendengarkan pertanyaan anak, Anda akan mengetahui apa yang benar-benar anak pikirkan.
  • Berbicara pada anak sesuai dengan tingkat usia. Gunakan kata-kata yang bisa mereka pahami.
  • Jika anak Anda bertanya dan Anda belum siap menjawab, Anda dapat berkata, “ Itu adalah pertanyaan yang penting. Saya butuh waktu untuk memikirkan jawabannya dan kemudian kita bisa membicarakannya lagi.”
  • Pantau perasaan Anda sendiri. Jika Anda mampu untuk berbicara dengan tenang dan percaya diri, Anda menyampaikan rasa keamanan. Nada bicara Anda yang tenang mengirimkan pesan bahwa Anda bertanggung jawab dan mampu.
  • Sadari tanda-tanda anak Anda siap untuk mengakhiri percakapan. Anak-anak yang sudah cukup mendengar mungkin menjadi gelisah, berhenti mendengarkan, atau berhenti bertanya.
  • Carilah orang dewasa lain untuk dukungan Anda sendiri sehingga anak Anda bukan satu-satunya sistem support Anda.
  • Perhatikan usia anak Anda. Untuk anak-anak yang lebih kecil, berbagi terlalu banyak kekhawatiran atau ketakutan Anda dapat membuat mereka lebih khawatir atau kesal. Sebaiknya Anda membicarakan kekhawatiran Anda dengan orang dewasa lainnya.
  • Tetapkan aturan dan batasan jika anak Anda berperilaku kasar atau melakukan kekerasan. Berikan batasan dengan lembut.

 

Pesan yang Perlu Disampaikan pada Anak Mengenai KDRT

  • Kekerasan bukan hal baik
  • Apa yang terjadi bukan kesalahannya
  • Anda akan melakukan apa saja untuk membantunya aman
  • Bukan tugasnya untuk memperbaiki apa yang salah dalam keluarga
  • Anda ingin anak menceritakan bagaimana perasaannya.
  • Tidak apa-apa memiliki beberapa perasaan yang bercampur mengenai salah satu atau kedua orang tua.

 

Cara berbicara tentang mantan pasangan yang melakukan kekerasan:

  • Bicara tentang "mantan" Anda secara umum
  • Tidak mengganti nama mantan dengan julukan buruk
  • Tantang perilakunya bukan orangnya
  • Anak Anda mungkin masih mencintai orang tua yang melakukan kekerasan tersebut dan mungkin bingung dengan perasaan seperti ini. Ini bisa sulit bagi Anda juga. Tetapi akan sangat membantu anak Anda jika ia mampu mengungkapkan perasaan tersebut.

 

Dampak tidak membicarakan KDRT pada anak:

  • Anak belajar bahwa kekerasan itu normal
  • Anak takut membicarakan kekerasan
  • Anak bingung, tidak mengerti.
  • Menyalahkan dirinya sendiri
  • Belajar menyangkal dan tidak membicarakan perasaan sendiri
  • Membuat mereka merasa gila.
  • Membuat mereka merasa kesepian, terasing dari teman-teman
  • Mereka belajar bahwa tidak baik bertanya tentang kekerasan atau mendiskusikannya.
  • Memberi anak keyakinan yang tidak realistis tentang penyebab kekerasan.
  • Jauh lebih menakutkan bagi anak-anak ketika tidak ada yang pernah berbicara dengan mereka tentang kekerasan atau pelecehan.

 

Manfaat Berbicara dengan Anak tentang KDRT:

  • Anak-anak merasa lebih aman
  • Mereka belajar bahwa kekerasan bukanlah kesalahan mereka
  • Mereka belajar bahwa kekerasan bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah
  • Ini membantu mereka untuk merasa diperhatikan, dan dipahami
  • Anak-anak belajar bahwa tidak apa-apa membicarakan perasaan

 

Apa yang terjadi di masa kanak-kanak dan remaja memiliki implikasi mendalam bagi kesejahteraan saat dewasa. Rasa marah, malu dan rasa bersalah membayangi kehidupan anak yang terkena dampak kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga harus ditangani sebagai masalah kesehatan masyarakat dan tidak hanya sebagai masalah pribadi (Lloyd, 2018).

Jika Anda mendapatkan KDRT dan merasa tidak aman di rumah, Anda dapat mencari bantuan. Anda dapat menghubungi Hotline UPT PPA Jatim di WA 0895348771070 atau melapor ke Unit PPA pada Polsek atau Polres terdekat. Jika Anda merasa anak membutuhkan penanganan psikologis lebih lanjut terkait trauma saat menyaksikan KDRT silahkan melakukan konsultasi psikologis di UPT PPA DP3AK Provinsi Jawa Timur di Jalan Arjuno No. 88 Surabaya.

 

Referensi:

Baker, L., and Cunningham, A. (2009). Inter-parental violence: the pre-schooler’s perspective and the educator’s role. Early Child. Edu. J. 37, 199–207.

 

The National Child Traumatic Stress Network (NCTSN) (2014, Desember). Retrieved from www.nctsn.org: https://www.nctsn.org/sites/default/files/resources//children_domestic_violence_entire_series.pdf

Lloyd, M. (2018). Domestic Violence and Education: Examining the Impact of Domestic Violence on Young Children, Children, and Young People and the Potential Role of Schools. Frontiers in Psychology, 9:2094.

 North East Hampshire Domestic Violence Forum (2017). Talking to Children about Domestic Violence and Abuse: A guide for Parents and Practitioners.